Dalam penelitian terakhir, kombinasi erosi dan pencairan es telah menyebabkan peningkatan besar pada aktivitas vulkanik periode zaman es terakhir. Diduga iklim menghangat, lapisan es mencair, situasi ini menyebabkan pengurangan tekanan pada mantel bumi yang mengarah pada peningkatan produksi produksi magma dan letusan gunung berapi. Ilmuwan dari University of Cambridge menemukan bahwa erosi juga berperan penting dan mungkin telah berkontribusi terhadap peningkatan kadar karbon dioksida atmosfer.
Pencairan es dan aktivitas gunung berapi sangat terkait, begitu juga erosi yang memainkan peran penting dalam siklus perubahan suhu. Studi ini ditulis oleh Dr Pietro Sternai dari Cambridge's Department of Earth Sciences, dia menjelaskan tentang model peningkatan CO2 berkapasitas besar di atmosfer pada akhir zaman es terakhir juga melibatkan peran erosi. Studi diterbitkan dalam jurnal Geophysical Research Letters.
Penyebab Letusan Gunung Berapi Akhir
Sternai mengatakan, ada beberapa faktor yang berkontribusi terhadap pemanasan iklim dan pendinginannya, beberapa diantaranya terkait dengan parameter orbital Bumi. Pemanasan jauh lebih cepat dari pada pendinginan yang semata-mata disebabkan oleh perubahan orbit bumi, setidaknya sampai batas tertentu. Situasi ini berkaitan dengan sistem Erosi itu sendiri, erosi berkontribusi dalam membongkar permukaan bumi dan meningkatkan emisi CO2 vulkanik.
Dalam studi kali ini, ilmuwan menggunakan simulasi numerik yang dimodelkan dalam berbagai fitur berbeda seperti topi es dan tingkat erosi glasial. Erosi dianggap sama pentingnya dengan pencairan es dalam mendorong peningkatan produksi magma dan aktivitas vulkanik berikutnya.
Ilmuwan juga mengingatkan untuk tidak menarik hubungan kuat antara antropogenik aktivitas gunung berapi yang disebabkan manusia berupa perubahan iklim dan peningkatannya dalam rentang waktu yang sangat berbeda. Karena saat ini pun manusia sedang hidup dalam periode pencairan es yang disebabkan oleh perubahan iklim, mekanisme yang sama mungkin juga akan berlaku di rentang waktu lebih pendek.
Selama jutaan tahun terakhir, Bumi telah bolak-balik memasuki zaman es atau periode glasial, dan periode interglasial, dimana masing-masing periode berlangsung sekitar 100,000 tahun. Selama periode interglasial (seperti periode hari ini) aktivitas gunung berapi jauh lebih tinggi, dimana tekanan yang diberikan oleh lapisan es berkurang, sehingga gunung berapi lebih bebas untuk meletus. Tetapi umumnya dalam transisi dari zaman es ke periode interglasial, tingkat erosi juga meningkat, terutama di pegunungan dimana gunung berapi cenderung mengelompok.
Zaman es umunya berlangsung selama 100,000 tahun dimana ciri-cirinya bia ditemukan dalam periode zaman es Maju dan Mundur, lapisan es berkembang selama 80,000 tahun dan mencair selama waktu 20,000 tahun.
Gletser dianggap sebagai erosi paling kuat di Bumi. Ketika gletser mencair, maka tanah di bawah terkikis sekitar sepuluh sentimeter per-tahun sehingga mengurangi tekanan pada gunung berapi dan meningkatkan kemungkinan letusan. Penurunan tekanan meningkatkan produksi magma di kedalaman, karena batu pada tekanan rendah cenderung meleleh pada suhu yang lebih rendah.
Ketika gunung berapi meletus, situasi ini melepaskan lebih banyak karbon dioksida ke atmosfer, menciptakan siklus yang mempercepat proses pemanasan. Model sebelumnya yang diperkenalkan ilmuwan lain telah menjelaskan adanya peningkatan CO2 di atmosfer selama zaman es terakhir. Kondisi ini ikut berperan dalam Deglaciation yang meningkatkan aktivitas gunung berapi, tetapi mereka tidak memperhitungkan erosi.
Referensi
Increase in volcanic eruptions at the end of the ice age caused by melting ice caps and erosion, 01 February 2016, by University of Cambridge. Via EurekAlert!
Journal Ref: Deglaciation and glacial erosion: a joint control on magma productivity by continental unloading. Geophysical Research Letters, 2016.
Sumber : http://www.isains.com/2016/02/letusan-gunung-berapi-akhir-zaman-es.html#ixzz4MHEnQ77B